-SATU-
Kemboja: Sarung bantal!
Kekwa: Kemboja, mari kita serve.
Di lewat senja, bunga-bunga menguntum bicara....
Kiambang: Apa ni, aku tak bisa mengerti, alang-alang berpusing..biar orang pening...
Kantan: Ha.....ha....ha.....dia, sudah buka...
Kekwa: Memang, Buka. Tutup. Buka. Tutup
Kemboja: ....
Kiambang: Tutup lagi cantik.
Kemboja: Setuju.
Kantan: Teruntun juga hatiku... Ada lagi, buka. Tutup. Buka. Tutup. Kerana kumbang..
Kiambang: Apa? Kumbang?
Kantan: Ya. Kerana kumbang.
Kiambang: Kerana kumbang... buka. Tutup. Buka. Tutup. Buka. Tutup. Tak diterima akal.
Kemboja: Akal tak terima
Kiambang: Terima akal tidak
Kemboja: Tidak akal terima
Kiambang: Ada benar. Harus menyebelah. Jika tidak mungkin parah, mungkin padah. Cuma, menyebelah bukan akur, setiap kita punya cara, Adaptasi.
Kekwa: Benar. Terpulang pada diri. Adaptasi.
Kiambang: Adaptasi. Jangan taksub yang sudi. Jangan musuhi yang pergi.
Kantan: Syukur...
Kiambang: Syukur...
Kekwa: Syukur...
Kemboja: Syukur...
Santap. Hirup. Santap. Hirup. Alhamdulillah.........
Kantan: Suka. Cara dan bicara. Aku suka.
Kiambang: Ya. Begitu seharusnya. Aku juga suka.
Kekwa: Soalnya cara. Kalau, kita. Kita. Kita. Kita. Memanglah. Terjumud dari dunia.
Kiambang: Sedang mereka. Kakak. Abang. Makcik. Pakcik. Atuk. Nenek. Kita juga. Warna memanglah tak sama. Tapi kita, adalah, serupa.
Kekwa: Banyak himpun yang dirumpun, hanya kita, kita, kita dan kita, yang saaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaama.
Kantan: Bukan setakat himpun di pekan Malibun, lontar pandang ke kampung halaman, rimba Meloyan. Rumpun yang dirumpun, hanya kita, kita, kita, kita.
Kiambang: Mungkin, harusnya kita bicara, mereka. Mereka. Mereka.
Kemboja: Ah! Bila kita sering bicara, baru aku lihat, ada istimewacela.
Kiambang: Aku takjub, kadang bimbang. Di rimba Meloyan..banyak himpun, kenapa mereka tidak merumpun melainkan himpun yang mereka sendiri rumpun.
Kantan: Sekali, ada rumpun. Gelap. Takut. Isi rumpun... merasa cukup, katanya cukup.
Kemboja: Cukup?
Kantan: Ya, cukup. Andai segunung berjaya didaki. Hentikan, jangan memburu lagi!
Kemboja: Mengapa begitu?
Kiambang: Aku tak setuju.
Kantan: Memang, aku tak setuju.
Kemboja: Tak setuju!
Kekwa: Aku juga, tak setuju.
Kiambang: Putarkan apa yang kita dengar tadi. Dahulu, hidup...hidup...hidup.... sekarang didik...didik...didik... penting. Harus terus buruan. Tangkapan, kekuatan. Kekuatan, tangkapan.
Kantan: Ya! Juga ada. Mereka kata. Bingkai masa, bahagi dan kira mudah kiranya bunga dan kumbang dari rimba yang sama.
Kiambang: err..
Kekwa:...
Kemboja:...
Bangun. Sinki.
Kemboja: Sarung bantal!
Kekwa: Kemboja, mari kita serve.
Di lewat senja, bunga-bunga menguntum bicara....
Kiambang: Apa ni, aku tak bisa mengerti, alang-alang berpusing..biar orang pening...
Kantan: Ha.....ha....ha.....dia, sudah buka...
Kekwa: Memang, Buka. Tutup. Buka. Tutup
Kemboja: ....
Kiambang: Tutup lagi cantik.
Kemboja: Setuju.
Kantan: Teruntun juga hatiku... Ada lagi, buka. Tutup. Buka. Tutup. Kerana kumbang..
Kiambang: Apa? Kumbang?
Kantan: Ya. Kerana kumbang.
Kiambang: Kerana kumbang... buka. Tutup. Buka. Tutup. Buka. Tutup. Tak diterima akal.
Kemboja: Akal tak terima
Kiambang: Terima akal tidak
Kemboja: Tidak akal terima
Kiambang: Ada benar. Harus menyebelah. Jika tidak mungkin parah, mungkin padah. Cuma, menyebelah bukan akur, setiap kita punya cara, Adaptasi.
Kekwa: Benar. Terpulang pada diri. Adaptasi.
Kiambang: Adaptasi. Jangan taksub yang sudi. Jangan musuhi yang pergi.
Kantan: Syukur...
Kiambang: Syukur...
Kekwa: Syukur...
Kemboja: Syukur...
Santap. Hirup. Santap. Hirup. Alhamdulillah.........
Kantan: Suka. Cara dan bicara. Aku suka.
Kiambang: Ya. Begitu seharusnya. Aku juga suka.
Kekwa: Soalnya cara. Kalau, kita. Kita. Kita. Kita. Memanglah. Terjumud dari dunia.
Kiambang: Sedang mereka. Kakak. Abang. Makcik. Pakcik. Atuk. Nenek. Kita juga. Warna memanglah tak sama. Tapi kita, adalah, serupa.
Kekwa: Banyak himpun yang dirumpun, hanya kita, kita, kita dan kita, yang saaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaama.
Kantan: Bukan setakat himpun di pekan Malibun, lontar pandang ke kampung halaman, rimba Meloyan. Rumpun yang dirumpun, hanya kita, kita, kita, kita.
Kiambang: Mungkin, harusnya kita bicara, mereka. Mereka. Mereka.
Kemboja: Ah! Bila kita sering bicara, baru aku lihat, ada istimewacela.
Kiambang: Aku takjub, kadang bimbang. Di rimba Meloyan..banyak himpun, kenapa mereka tidak merumpun melainkan himpun yang mereka sendiri rumpun.
Kantan: Sekali, ada rumpun. Gelap. Takut. Isi rumpun... merasa cukup, katanya cukup.
Kemboja: Cukup?
Kantan: Ya, cukup. Andai segunung berjaya didaki. Hentikan, jangan memburu lagi!
Kemboja: Mengapa begitu?
Kiambang: Aku tak setuju.
Kantan: Memang, aku tak setuju.
Kemboja: Tak setuju!
Kekwa: Aku juga, tak setuju.
Kiambang: Putarkan apa yang kita dengar tadi. Dahulu, hidup...hidup...hidup.... sekarang didik...didik...didik... penting. Harus terus buruan. Tangkapan, kekuatan. Kekuatan, tangkapan.
Kantan: Ya! Juga ada. Mereka kata. Bingkai masa, bahagi dan kira mudah kiranya bunga dan kumbang dari rimba yang sama.
Kiambang: err..
Kekwa:...
Kemboja:...
Bangun. Sinki.
Comments