Skip to main content

CITRA CINTA BUAT KEKANDA

Terasa lama tak ke temu, aku di hutan batu memburu cita-cita yg entah bila kan bertamu dan kau di lautan ilmu melayari perjuangan penuh liku...Pada sejenak pertemuan lalu, ku rangkul sebakul ilmu dan pesanmu yang sempat ku jala di teluk bicara antara kita..kau kakandaku... ku coret citra tentang dirimu sekalipun aku sebenarnnya tidak cukup tahu...

Lahirmu di cerok desa bukan di sibuk kota...Kau putera pertama buat keluarga...Ibu bilang kau luar biasa...tapi aku tidak tahu mengapa...Sungguh, ibu itu lebih kenal anaknya...bila aku mendewasa, maka aku sendiri bilang, kau kekandaku, kau luar biasa...

Seawal sang mentari menjengah diri, sealur cahaya merangkak di kaki langit...kau sudah berdiri...ke rumah tuhan kau bertamu, mencari secebis kekuatan untuk bekalan sepanjang jalan... Siang hari, hari-hari, hari minggu... kau memerah minda mencari idea...tiada cuti atau ruang henti...tika mana idea bertandang, saat itu kau berjuang...

Sungguh, kau seorang pejuang..kendatipun bukan parang dan senapang di medan perang, minda dan penamu senjata di medan juang...Kau pendekar beraksi di gelanggang...bukan gayung mahupun garuda menjadi pencak, tapi bicara dan katamu yang cukup lunak menerajang masuk ke gendang-gendang telinga seluruh warga, mengetuk-ngetuk pintu hati segenap manusia...Tutur yang kau atur bersandar kalam tuhan dan citra rasul...tiada rekaan, tiada dogengan...kerana hakikat kau tegar pada tekad...yang benar harus harus diwar-war...biar manusia sejagat sedar...dalam perjuangan tiada tawar menawar...

Manusia, pelbagai manusia...luarnya sama, dalamnya beza...luarnya beza, dalamnya sama..luarnya beza, dalamnya beza...luarnya sama, dalamnya sama...Ada yang pura-pura sama, ada yang pura-pura beza...Maka, apa yang kau bilang, ada yang senang, ada yang tentang... Mereka terima senang bagai suluh cahaya terang ke lubuk jiwa yang suram dan kelam...buah minda yang kau gugurkan, dibiar ranum menjadi benih di tapak semai yang lama terabai...hujahmu dibiar menjadi hujan menyirami tanah yang kontang dan gersang...Lalu dengan izin Kerajaan Semesta, sepohon insaf bertunas, mendewasa menjadi sekebun takwa...dan dirimu kekanda, menyaksi kebun berhasil luar biasa, tiada kau bersorak berpesta, sebaliknya berteleku syukur di hadapan Ashakur...Bagi mereka yang menentang, bicaramu bagai selumbar-selumbar bisa, merobek ke dalam struktur jiwa...ada yang berpekak telinga berbuta mata...ada yang berantakan dengan kata dan nista...dan kau terima dengan senyum bersahaja...busuk hina cerca mereka, kau buat baja...ini juga pemberian dari yang Esa...

Kekanda...aku tahu kau juga manusia...sehebat mana minda, dan sepatah mana bicara...hatimu pasti masih punya deria... Mampu rasa luka dan derita... Mana tajam bicara tak menguris jiwa... Mana lunak suara tak meruntun sukma... Terkadang kau ketawa...Mungkinkah hatimu berairmata? Tika bibir tersenyum mesra, matamu tidak turut serta... Apakah di saat matamu terpejam lena, mindamu ligat mencari idea? Kekanda, sungguh rapi kau kunci hempedu perjuangan di peti kalbumu..tak terlihat di raut wajah, tak terpamer di laku tingkah...Pastinya di bening pagi, saat waktu bagai terhenti, jiwa mu yang parah, kau pasrah dan berserah pada si Dia yang Maha Gagah...

Kekanda...kerana kau juga manusia...pastinya kau kenal lelah dan penat...namun rehatmu sering tak ku lihat... terkadang kau terbang di langit biru ke pelusuk bumi yang lagi satu, menabur ilmu dan memberitahu...sesaat kau kembali, belum sempat kaki bertapak, kau harus pergi menabur bakti...di sana, di sini..di mana-mana...tidak henti-henti... sejenak ke rumah...kau ukir senyum buat anak dan isteri...Ah, kekanda...pastinya kudrat mu bukan tulang empat kerat, tapi gigihnya semangat jihad... Kalau kerana gaji dan angka pastinya kau bersenang suka bersama keluarga...Kalau kerana nama dan puja, pasti kau kempen dan rebut kuasa...Namun kau bagai berdiri sendiri, berkecuali dari yang merebut kerusi, mahupun yang tak ambil peduli...Pasti ini kerana si Dia dan kekasihnya... aku tahu kau cinta...jika tidak, pasti kau menjeruk rasa...dan kerana cinta, kau tak kenal putus asa...

Kekanda...tidak manusia nan tidak gawal...justeru, kerana kau juga manusia, pasti kau tak lepas terkhilaf cara terlanjur kata...namun akurmu pada tegur menyerlahkan budimu yang luhur... Mungkin aku terlalu memujimu...dan aku tahu bukan itu yang kau mahu...Namun kekanda...biar kau bakar semangatku...mungkin kita di padang berbeza...namun aku juga ingin menjadi kesatria...

Aku senang bersamamu..Bertamu di teratak mu bagai melangkah ke ujana ilmu...bukan mahligai mewah, tetapi rumah khutubkhanah...Kau sering menglipur lara dan melawak senda...Namun disebalik itu kau memberitahu apa yang aku tidak tahu...pada tutur kata, kau semat nasihat dan kata hikmat...agar aku bisa ingat...lantas ku pahat rapat, dengan paku yang paling kuat, iaitu iman dan taat...

Ah, biar kalam bersulam madah, berkisah tentangmu, pasti tak pernah sudah...Cukuplah, sekajang citra seruang kata ku ukir untuk dirimu yang mungkin tak pernah tahu, kau sering di hatiku...menjadi obor suluh menyemarak semangat jihad di sanubari adindamu...Kakanda,doaku agar kau tegar dan teguh merempuh badai di tengah arungan manusia yang pelbagai citra demi melestari cintamu pada si Dia...Moga korban raga dan jiwa mu, kelak menjadi saksi saat kau dan Dia bertemusua...

Comments

Popular posts from this blog

Asrama

Oh, my dear nephew is enrolling to Maahad today. Oh, I could see his murky face when he kissed me goodbye… Sorry dear, makcik tak hantaq, malas nak menyempit kereta… the thought of being sent away from home for the first time must be dreadful… oh, I know it well… masuk asrama memang tak best. Anyways, you’re a boy, you must do well… It reminds me of my first day being away from home. I rushed for a shower the moment I saw my ayah’s car left the school yard. It was still early for a late noon shower, but all I wanted was just to cry (out of anyone sights, since that I found shower is a great place to shed my tears)… haha… I couldn’t sleep at nights, found it so hard to make friends and follow the rules… For a year, I scribbled everywhere a note ‘ adik nak balik, adik benci asrama ’… wishing that my parents would read and get me out of there… hahaa… Oh, I made it through though… Eventually, a bunk bed did give me some good sleeps, I made lot of friends….oh, but I never really succeede

Transition

Sometimes I wonder if I would still blog after I go back for good since it always turns out that I don’t really blog whenever I return to Malaysia. I’m back in Melbourne again. Despite everything I said about this place. I'm always thankful that I’m studying here. 8 hours is long enough, can’t imagine going further. Let alone going back during a short winter break like I just did. Haha… However, regardless how good Melbourne is, coming back here is never easy. It is not the place, it’s the transition. Travelling is tiring. Yes, like yesterday, I had to take two flights, one from Penang to KL, then KL to Melb, it is a lot more tiring for someone like me who could barely sleep in a plane. That’s why I enjoy traveling during the day and taking a window seat. I enjoy day dreaming while staring at those fluffy white clouds. Haha.. Weather change changes everything. I had never went back during winter before. So that was my first time experiencing an abrupt change from a

Creepy Me in my Poems

For the first time in my architecture-life, I'm bringing my poems into architecture. What's more interesting is, I use my poems in their original form, by this I mean, in Malay language. Now everybody in my class knows how Malay language sounds like. ahaha... The project is pretty much investigating the space between poems. The atmosphere of hearing two poems recited simultaneously. Sounds that make space, space that's defined by sound. Seriously, I don't really know how it'll work out... but hey, just having some experimentation with stuff a bit off-architecture... a break from my headache major project. Plus, I kinda enjoy making people listen to my poems without expecting them to understand a word... rather then, reciting to a bunch of people who understand but couldn't 'appreciate' them... and yeah, I receive some flattering comments from 'mat-salleh' course mate like... "when something is well written, even you can't understand it..