Skip to main content

Masih Menatap Pelangi =)

Petang begini, sejuk begini… kerja tak beranak juga! Ah, Penat sudah aku kandung beban pelajaran… hei, mengeluhkah kamu pada nikmat tuhan?! alangkah… alangkah tak bersyukur….

Lama sudah…lama sudah tak berbasa basi berlidah ibunda…ah, mungkin ayahanda lebih tepat… Sungguh aku rindu pada hari-hari aku tidak terlalu mabuk memburu… memburu bintang dan bayang kejora yang sayup dipandang, membiar bumi di tapak kaki menjadi misteri… Ini hidup, segalanya tak pasti kecuali mati.

Mendung, mendung di musim luruh penghujung April. Aku masih di negeri orang, bukan tak ku ketemu jalan pulang… Cuma sarat beban ku sandang menjadikan aku dagang… aku dagang tak terbuang!

Haha.. seperenggan keluhan manjadi habuan butang ‘delete’….

Semenjak dua menjak ini, seringkali aku begini, menelan bicara di sisir bibir.. riuh tari bahasa berkeroncong masih mampu ku redam, diam. Aku sendiri menjadi aneh, sedang aku yang biasa, atau lebih tepat yang dahulunya… sukar amat menelan bicara, mudah amat memuntah rasa. Apa agaknya yang buat aku begini… pada sisi yang cerah, dalam banyak situsi yang menyerlah, aku apapun kian mengerti… diam itu lebih sempurna!

Masa berlalu, rasa bersilih tamu. Aku masih bergelut dengan yang perlu dan yang mampu. Alasan berkalang alasan menangguh yang perlu menghad yang mampu. Aku masih bicara sendiri tentang sufi jiwa yang jauh… sayang, bicara mati pada bicara! menolak mudharat ku biar lambat, menanti manfaat ku harap cepat… ahhhhh! mana satu penjuru hendak ku lampiaskan lelah yang sudah semu. Pada tuhan, pada tuhan, pada tuhan… aku serahkan pengharapan! Indahnya nikmat bertuhan!

Aku ada cerita tentang bunga. Ada sekuntum bunga di tasik halaman istana, bunga milik si maharaja! Segala mata memandang dan memuja… “indahnya bunga maharaja “... hei manusia, mari aku khabarkan pada semua, bunga itu… tumbuhnya di mana-mana. Tak percaya, cubalah ke paya terbiar dalam belukar, dia ada! Cubalah ke sungai mengalir di hilir, dia ada… indah yang kamu lihat itu hei manusia, hanya kerana latarnya istana, sedang bunga itu, hanya biasa… teramatlah biasa… tiada punya warna, tiada harum juga! yang indah itu istana, bukannya bunga... kalau kamu memandang itu kerana dia di tasik maharaja, aku pesan sama kamu… butakan, butakan mata kamu dari melihatnya… dia itu tak punya nilai yang kamu damba! Mengerti?! Lagipun, aku rasa-rasa… bunga itu, tidak mahu disapa.

Hari ini dingin. Dingin biasa musim luruh. Hati aku juga dingin, sedingin embun pagi yang belum gugur dan kabus senja yang masih kabur. Tapi dingin ini tidak membeku, sekadar membendung rasa yang ada agar tidak basi… sehinggalah tiba masa dinanti untuk dipanaskan dengan gelombang mikro dari sumber yang sama, hati.

Comments

Popular posts from this blog

Asrama

Oh, my dear nephew is enrolling to Maahad today. Oh, I could see his murky face when he kissed me goodbye… Sorry dear, makcik tak hantaq, malas nak menyempit kereta… the thought of being sent away from home for the first time must be dreadful… oh, I know it well… masuk asrama memang tak best. Anyways, you’re a boy, you must do well… It reminds me of my first day being away from home. I rushed for a shower the moment I saw my ayah’s car left the school yard. It was still early for a late noon shower, but all I wanted was just to cry (out of anyone sights, since that I found shower is a great place to shed my tears)… haha… I couldn’t sleep at nights, found it so hard to make friends and follow the rules… For a year, I scribbled everywhere a note ‘ adik nak balik, adik benci asrama ’… wishing that my parents would read and get me out of there… hahaa… Oh, I made it through though… Eventually, a bunk bed did give me some good sleeps, I made lot of friends….oh, but I never really succeede

Transition

Sometimes I wonder if I would still blog after I go back for good since it always turns out that I don’t really blog whenever I return to Malaysia. I’m back in Melbourne again. Despite everything I said about this place. I'm always thankful that I’m studying here. 8 hours is long enough, can’t imagine going further. Let alone going back during a short winter break like I just did. Haha… However, regardless how good Melbourne is, coming back here is never easy. It is not the place, it’s the transition. Travelling is tiring. Yes, like yesterday, I had to take two flights, one from Penang to KL, then KL to Melb, it is a lot more tiring for someone like me who could barely sleep in a plane. That’s why I enjoy traveling during the day and taking a window seat. I enjoy day dreaming while staring at those fluffy white clouds. Haha.. Weather change changes everything. I had never went back during winter before. So that was my first time experiencing an abrupt change from a

Creepy Me in my Poems

For the first time in my architecture-life, I'm bringing my poems into architecture. What's more interesting is, I use my poems in their original form, by this I mean, in Malay language. Now everybody in my class knows how Malay language sounds like. ahaha... The project is pretty much investigating the space between poems. The atmosphere of hearing two poems recited simultaneously. Sounds that make space, space that's defined by sound. Seriously, I don't really know how it'll work out... but hey, just having some experimentation with stuff a bit off-architecture... a break from my headache major project. Plus, I kinda enjoy making people listen to my poems without expecting them to understand a word... rather then, reciting to a bunch of people who understand but couldn't 'appreciate' them... and yeah, I receive some flattering comments from 'mat-salleh' course mate like... "when something is well written, even you can't understand it..