Kita melihat manusia...
Tangan yang seharusnya berpautan berjalan sama menuju suatu tujuan dan matlamat yg sama saling meruntun agar tersungkur yang berada seiringan.
Hati yang sepatutnya menyatu menjadi segumpal kuasa padu dipenuhi dengan hasad yang saling melaknat.
Jiwa yang seharusnya damai dalam hadir setiap satu, menjadi berat dan sarat dengan rasa jemu dan semu.
Sungguh, mana manusia mampu sempurna pada pandangan semua. Mana manusia tidak ada khilaf pada tingkah dan kata. Apa kamu yakin kamu sempurna?
Namun manusia pendendam itu lebih haloba daripada si bakhil akan haknya. Haknya yang tak tertunai dikumpul mengunung lalu diletuskan pada suatu masa.... dan pada masa itu, segala hak manusia disekelilingnya menjadi lebur dalam amarah dendam yang begitu diam.
Aku selalu tidak mampu, mungkin juga tidak cukup usaha menunaikan hak kamu, maka dengan itu... aku memohon maaf. Sekalipun maaf itu tidak ada makna bagi letusan dendam mu.. namun hanya itu yang aku mampu berikan.
Aku manusia yang begitu kurang hemah, terlalu capik akhlakku... tidak mampu untuk aku selalu kurniakan senyum buat kamu... namun aku sesungguhnya benci dengan kecelaan diriku dan sedaya upaya aku mahu dan berusaha untuk membunuh segala mazmumah yg bertamu... dan aku masih berusaha, seandainya kamu tidak tahu....
Aku bukan orang bijaksana yang mampu menafsir manusia dari sekilas renung mata. Tidak juga ku faham bahasa diam yang kamu gunakan... sekiranya dikatakan diam itu lebih baik... izinkan aku ingatkan... diam juga harus bertempat...
Kita melihat manusia...
Tidak pernah sama. Sekalipun ada iras pada wajah, gerak gaya mahupun rentak bicara... Manusia tidak pernah sama... tidak pernah... Ini ialah kuasa pencipta yang menjadikan kita berbeza.
Sayangnya... kita selalu gagal menerima perbezaan yang ada... lalu kita menjadi manusia tewas... tewas dengan nafsu mahu unggul seorang, disanjung bak pejuang...
Kita melihat manusia...
Kita manusia melihat manusia... lalu kita harus lebih mengerti...
**Mulai hari ini... dan saat ini, aku tidak akan pernah sama....
Tangan yang seharusnya berpautan berjalan sama menuju suatu tujuan dan matlamat yg sama saling meruntun agar tersungkur yang berada seiringan.
Hati yang sepatutnya menyatu menjadi segumpal kuasa padu dipenuhi dengan hasad yang saling melaknat.
Jiwa yang seharusnya damai dalam hadir setiap satu, menjadi berat dan sarat dengan rasa jemu dan semu.
Sungguh, mana manusia mampu sempurna pada pandangan semua. Mana manusia tidak ada khilaf pada tingkah dan kata. Apa kamu yakin kamu sempurna?
Namun manusia pendendam itu lebih haloba daripada si bakhil akan haknya. Haknya yang tak tertunai dikumpul mengunung lalu diletuskan pada suatu masa.... dan pada masa itu, segala hak manusia disekelilingnya menjadi lebur dalam amarah dendam yang begitu diam.
Aku selalu tidak mampu, mungkin juga tidak cukup usaha menunaikan hak kamu, maka dengan itu... aku memohon maaf. Sekalipun maaf itu tidak ada makna bagi letusan dendam mu.. namun hanya itu yang aku mampu berikan.
Aku manusia yang begitu kurang hemah, terlalu capik akhlakku... tidak mampu untuk aku selalu kurniakan senyum buat kamu... namun aku sesungguhnya benci dengan kecelaan diriku dan sedaya upaya aku mahu dan berusaha untuk membunuh segala mazmumah yg bertamu... dan aku masih berusaha, seandainya kamu tidak tahu....
Aku bukan orang bijaksana yang mampu menafsir manusia dari sekilas renung mata. Tidak juga ku faham bahasa diam yang kamu gunakan... sekiranya dikatakan diam itu lebih baik... izinkan aku ingatkan... diam juga harus bertempat...
Kita melihat manusia...
Tidak pernah sama. Sekalipun ada iras pada wajah, gerak gaya mahupun rentak bicara... Manusia tidak pernah sama... tidak pernah... Ini ialah kuasa pencipta yang menjadikan kita berbeza.
Sayangnya... kita selalu gagal menerima perbezaan yang ada... lalu kita menjadi manusia tewas... tewas dengan nafsu mahu unggul seorang, disanjung bak pejuang...
Kita melihat manusia...
Kita manusia melihat manusia... lalu kita harus lebih mengerti...
**Mulai hari ini... dan saat ini, aku tidak akan pernah sama....
Comments