Sepetang hari ini, seruang muka bumi Allah basah. seorang hamba telah larut dalam indah, romantisma hujan petang. 20 minit, daripada usianya yang mungkin hanya dua puluh lima, atau mungkin tiga puluh, atau empat puluh, atau sehingga esok senja berlalu begitu sahaja... menghirup aroma tanah basah dan merenung tarian dedaun manja dari jendela kamarnya. Hati sebenarnya rindu... pada suatu masa, pada ketika dahulu... di saat dia tahu ke mana harus berlabuhnya rasa agung itu. semakin hari seolah jauh... seolah menjauh... seolah jauh... menjauh... seolah jatuh.
Hujan masih tidak henti sekalipun langit diselimuti malam. seorang hamba masih mengenang sisa sisa usia ada. Mengapa begini dia lupa... mengapa jauh begini dia terbawa lara rajuk jiwa akan kekuatan rasa agung yang meruntun turun. mengapa dibiar rakus manusia menghina musnah rohani mulia yang pernah bertapak dalam dasar dada. mana pergi semuanya... mana pergi kekuatan yang bersemadi sekian lama menjadi intan... kini tidak bersinar kabur dan bentan. apakah kerana hadirnya suara memanggil berdansa irama asmara dia tidak bisa lagi berhenti menarik nafas seketika dan duduk jeda... untuk kembali mengenang... kembali menyedari, akan hakikat rasa agung yang termiliki.
Janganlah jangan hanyut... dengarlah dengarkan bicara sang hujan berpesan. janganlah jangan... terjatuh dalam angan. Hamba bermohon pada Tuhan, berilah kekuatan. Iman.
Comments