Skip to main content

Aku

Sejenak di rumah bonda lewat hari raya yang lalu, di suatu pagi saat merenung ke luar jendela lama (sbrnya tgkap baru sbb baru renovate tukar bingkai, tp lokasi sama) yang telah berapa org 'aku' menembus pandang di situ, aku bertanya pada diri, siapa aku sebenarnya...

Kebelakangan ini, media menyiarkan tentang keganasan dan gambar-gambar yang menganggu tentang situasi di Raba'a, Mesir, terus jiwa semakin terganggu, melihat senyum para syuhada, melihat hancur tubuh manusia, Allah... kerdilnya aku rasakan. Terasa murahnya nyawa, dekatnya mati, lemahnya upaya dan syaitanya manusia. Aku menangis dan meratapi situasi di sana, spt saudara kita yg jauh adanya, aku kirim hanya dua'a.

Aku masih mencari diri,

Lahirnya aku dalam sebuah keluarga yang sudah 'kembali' mendekati agama, aku diajari solat sedari umur 7 tahun, ayah sedia pukul sekiranya enggan. 19 tahun menunaikan solat, belajar semula tatacara yang lebih sempura melalui buku sifat solat nabi karangan al-albani lebih kurang empat tahun yang lalu... aku masih bergelut-perang untuk khusyuk. Ada kala masih terasa berat, sarat benar hati ini dengan dosa... siapa aku sebenarnya.

Dibesarkan dalam keluarga yang mempunya kecenderungan terhadap ilmu agama, aku diajar perihal aurat dan akhlak yang sempurna, pernah pada satu fasa remaja, aku terikut jua arus mahu bergaya tidak kira apa cara, alhamdulillah tuhan masih kasih, tudung masih di kepala, tetapi lupa juga sejauh mana Allah redha dengan busana. Pada hari ini, seperti kebanyakan wanita, masih terpaling wajah pada perhiasan indah, sehingga kadang aku malu, apabila lupa pesan ibu, lupa pesan ayah, apakah sebenarnya pakaian wanita solehah? Siapa aku sebenarnya.

Kadang-kadang berbicara tentang agama, dengan rakan dan taulan, ada sedikit ilmu aku kongsikan, boleh meyakinkan dan kadang kala menimbulkan perdebatan dan perbincangan, sehingga aku tertanya, untuk apa aku bersuara, apakah aku benar-benar ikhlas bercerita untuk ilmu dikongsi bersama atau sekadar mempamer pengetahuan dan menunjuk ketokohan keturunan, ampuni aku yang tuhan. Siapa aku sebenarnya.

Mereka bilang, bila seorang, kita lemah, lalu pernah mengikut jamaah. Cuba bergerak untuk dakwah, separuh jalan, aku punya perbezaan fikiran, menghormati mereka dan mengakui kelemahan diri ini yang tidak mampu seiringan, lalu kembali sendirian, dan kini seperti tidak kelihatan lagi dimana letaknya aku dalam spektrum luas manusia-manusia yang bergerak menyampaikan kalimah tuhan, aku kembali mencari, siapakah diri ini...

Tinggal sendirian di kota, jauh dari keluarga, pelbagai rencah hidup menguja lebih banyak bala dan bahaya, aku mohon perlindungan tuhan yang Esa. Kadang kala terasa sempurna, kerjanya elok selesa berkereta, rumah, sekalipun sewa tenang di awan sana, mungkinkah aku lupa untuk bersyukur seadanya, ini rahmat Tuhan yang sementara, ujian juga untuk yang mengetahui. Alangkah pelupanya seorang hamba.

Aku masih berusaha mengenali diri, masih menenun busana iman yang nipis sekali, agar aku punya kekuatan untuk sentiasa mengingati Tuhan dalam setiap gerak nadi kehidupan.

Semoga kita semua menjadi orang baik-baik.


Aku menangisi kelemahan diri ini yang tidak mampu berdoa untuk menjadi seorang syahid. Terasa alangkah lemahnya. Doakan aku moga diberi kekuatan untuk betul-betul seikhlas hati mencita-citakan syahid.



Comments

Popular posts from this blog

Asrama

Oh, my dear nephew is enrolling to Maahad today. Oh, I could see his murky face when he kissed me goodbye… Sorry dear, makcik tak hantaq, malas nak menyempit kereta… the thought of being sent away from home for the first time must be dreadful… oh, I know it well… masuk asrama memang tak best. Anyways, you’re a boy, you must do well… It reminds me of my first day being away from home. I rushed for a shower the moment I saw my ayah’s car left the school yard. It was still early for a late noon shower, but all I wanted was just to cry (out of anyone sights, since that I found shower is a great place to shed my tears)… haha… I couldn’t sleep at nights, found it so hard to make friends and follow the rules… For a year, I scribbled everywhere a note ‘ adik nak balik, adik benci asrama ’… wishing that my parents would read and get me out of there… hahaa… Oh, I made it through though… Eventually, a bunk bed did give me some good sleeps, I made lot of friends….oh, but I never really succeede

Transition

Sometimes I wonder if I would still blog after I go back for good since it always turns out that I don’t really blog whenever I return to Malaysia. I’m back in Melbourne again. Despite everything I said about this place. I'm always thankful that I’m studying here. 8 hours is long enough, can’t imagine going further. Let alone going back during a short winter break like I just did. Haha… However, regardless how good Melbourne is, coming back here is never easy. It is not the place, it’s the transition. Travelling is tiring. Yes, like yesterday, I had to take two flights, one from Penang to KL, then KL to Melb, it is a lot more tiring for someone like me who could barely sleep in a plane. That’s why I enjoy traveling during the day and taking a window seat. I enjoy day dreaming while staring at those fluffy white clouds. Haha.. Weather change changes everything. I had never went back during winter before. So that was my first time experiencing an abrupt change from a

Creepy Me in my Poems

For the first time in my architecture-life, I'm bringing my poems into architecture. What's more interesting is, I use my poems in their original form, by this I mean, in Malay language. Now everybody in my class knows how Malay language sounds like. ahaha... The project is pretty much investigating the space between poems. The atmosphere of hearing two poems recited simultaneously. Sounds that make space, space that's defined by sound. Seriously, I don't really know how it'll work out... but hey, just having some experimentation with stuff a bit off-architecture... a break from my headache major project. Plus, I kinda enjoy making people listen to my poems without expecting them to understand a word... rather then, reciting to a bunch of people who understand but couldn't 'appreciate' them... and yeah, I receive some flattering comments from 'mat-salleh' course mate like... "when something is well written, even you can't understand it..