Skip to main content

HENDAK SERIBU DAYA, TAK MAHU SERIBU DALIH

Ramadhan bakal pergi... dan aku bakal dimabuk rindu lagi.. ahhh..ramadhan... alangkah cepat kau berlalu.. apakah aku telah mempersiakan hadirmu... jejak kelmarinmu...bagai tidak ku isi sempurna...malam-malam bersama mu..apakah aku hanya tidur lena... ramadhan..masih punyakah jodoh kita utk episod seterusnya....

Ramadhan kali ini..bukan sekadar episod baru dalam hidupku...tapi anjakan jiwa yg jitu... Ramadhan kali ini membawa cerita... ku lihat manusia pada neraca berbeza... mungkin kadangkala masih terantuk pada neraca hamba yang sering lupa.. tapi, neraca tuhanku mula ku terbiasa... menilai tekad dan harapan, kesungguhan dan perngorbanan dan natijah bukanlah persoalan... bicara seorang teman, Ramadhan kali ini suatu penapisan... aku kira... ada kebenaran... hidayah itu bukan suatu khazanah simpanan... diberi lalu dsemadikan... apabila perlu atau mahu maka dijadikan gadaian.... Hidayah itu, hadirnya bagai cahaya, jika ruang tidak dibuka, biar sesinar mana cahaya yang ada..tiada akan mampu menembusi ruang yang gelita...cahaya yg terbiar akan sirna dan akhirnya hilang entah ke mana....

seperti mata yang lama terpejam, apabila disinar cahaya silaunya terasa tajam... namun selepas seketika, mata akan terbiasa..bahkan pastinya selesa dlm tampok cahaya berbanding cerok gelita...maka dapatlah ditatap segala indah alam buana... namun bila degil menguasai mata... dipejam semahu-mahunya...biar tahu cahaya itu indah hakikatnya... kerna takut tajam kilau yang seketika....nikmat indah buana disinar cahaya dipersia.... ahhh... alangkah ruginya... begitulah hidayah dlm jiwa..dan hati itu mata... perit memang terasa di saat ingin bermula.... namun disaat kemanisannya terasa...ahh...sukar ku gambar nikmatnya....

Prolog suatu titik mula... memang... setiap sesuatu ada mulanya... perlu pendorong mahupun pemaksa atau secara suka rela... apa sahaja..segalanya membawa kepada sesuatu yang disebut 'mula'... permulaan terindah adalah permulaan dengan rela... tiada paksa...jiwa suka... senyum sahaja... tapi aku kira ini jarang berlaku dalam perkara mulia... terutamanya yang melibatkan revolusi jiwa.. ahh fitrah manusia aku kira... yang baik sering terasa terpaksa... aku akui, aku begitu pada mulanya...namun tekad itu ubat...dan hadirnya taufik seiring taubat.... aku sering ingat...Allah itu maha memberi rahmat...memang terasa berat lagi lambat...tapi aku tak mahu sesat.. lalu aku terus mula... kadangkala rasa luar biasa, kadangkala rasa janggal pula... tapi seperkara, ku lakukan bukan kerna manusia... biar apa mereka bicara... biar apa nista mahupun cerca... semua itu, cubaan semata... menduga iman di dada... pernah juga hatiku bersuara..sejauh mana ikhlas di dada..jika perkara paksa..sering ikhlasnya tiada..benar..itu hakikatnya... namun..demi tuhan... usaha insan ke arah kebaikan pasti dipaut selautan pertolongan... hati yang mahu biarpun penuh keberatan... pada permulaan begitu perlahan... namun kuasa tuhan juga yang mencampakkan keikhlasan... berat dan sarat... diubati dengan taat menjadi rambu-rambu kemanisan yang membuahkan keikhlasan... yaa.. keikhlasan itu hadir selepas tindakan... tiada dapat dipastikan andai hanya berdiam dan menerawang fikiran... bahkan kalau sekadar menanti..ku bimbang tiada hadir sepanjang jalan...campakkan ikhlas ke dalam hatiku oh tuhan...

Masa... ya namaku masa... namun apa ada pada nama... nilai dan erti itu lebih utama... alasan berlapis alasan menjadi setan dalam jiwa...aku hairan... masa itu sama bagi setiap insan... begitu juga di bulan ramadhan... namun ada insan...begitu kaya masanya untuk tuhan, begitu tersusun urusan seharian... ahh..apa masanya ada kelebihan???...dimana silapku yang sering menjadikan masa alasan dan sandaran kebertimbunan urusan...betapa bakhilnya diriku menginfakkan masa untuk tuhan... pernah terlintas di fikiran...jika ku memilih jalan kebenaran...maka masaku berkurangan...urusan ku tidak kesampaian....ah..bodoh... bukankah masa itu dari tuhan... Dia yang menciptakan..bahkan bersumpah bahawa manusia dalam kerugian... kecuali jika beriman dan saling memberi ingatan... dan masa depan... apa aku khuatir cita-citaku tidak kesampaian.. terlalu taat pada unsur ketuhanan...maka sia-sia biasiswa kerajaan..pulangnya tiada khidmat dicurahkan sebaliknya memilih meminda haluan, menjadi penggerak pelbagai kesatuan... aduh.. mahu ketawa bila ingatan seawal revolusi menerjah fikiran... sekali ku ingatkan pada diri..bukankah masa depan itu di tangan tuhan... berusahalah sehebat mana... tanamlah cita setinggi purnama dan impilah gaji berjuta... namun jika ditakdirkan semua itu bukan milik kita.. mungkin surirumah sepenuh masa juga...biarpun phd sepenuh bonet kereta...ahh..ketawa... dan lebih tragis peristiwa...jika mati menjemput usia...sebelum tgn mengenggem ijazah...sebelum menyentuh kunci rumah...sebelum memiliki kereta mewah... dan paling ngeri... sebelum kukuh kalimah syahadah dan sebelum cukup amal ibadah...nauzubillah...

Epilog hari esok yang ku bimbang...tiada janji mahupun kata pasti..esok masih milik ku lagi... hari ini... jari-jari ini menari di atas papan kekunci... dan rindu Ilahi masih memenuh segenap ruang hati... aku bimbang pada hri esok.. jika dkembalikan jiwa ke dalam diri...apakah rindu ini masih menghuni... apakah manis hidayah yg dikurnia masih bersisa di pembuluh rasa hati... apakah iman meninggi atau menurun kembali... dan seandainya pejamnya mataku adalah undangan pulang dari tuhanku... apakah redhaNya mengiringiku... apakah sekeping hati yang bakal bersaksi menjadi tiket aku ke firdausi...atau...ahh..gentar sanubariku memikirkan perihal ini....Ya Allah...aku tidak mahu prolognya indah, epilognya gundah... biar jatuh...parah pasrah lemah dan berdarah.... sepenuh jiwa aku berserah...kurnikan aku teguh jiwa dalam rimbun redup hidayah....

Comments

Popular posts from this blog

Asrama

Oh, my dear nephew is enrolling to Maahad today. Oh, I could see his murky face when he kissed me goodbye… Sorry dear, makcik tak hantaq, malas nak menyempit kereta… the thought of being sent away from home for the first time must be dreadful… oh, I know it well… masuk asrama memang tak best. Anyways, you’re a boy, you must do well… It reminds me of my first day being away from home. I rushed for a shower the moment I saw my ayah’s car left the school yard. It was still early for a late noon shower, but all I wanted was just to cry (out of anyone sights, since that I found shower is a great place to shed my tears)… haha… I couldn’t sleep at nights, found it so hard to make friends and follow the rules… For a year, I scribbled everywhere a note ‘ adik nak balik, adik benci asrama ’… wishing that my parents would read and get me out of there… hahaa… Oh, I made it through though… Eventually, a bunk bed did give me some good sleeps, I made lot of friends….oh, but I never really succeede

Transition

Sometimes I wonder if I would still blog after I go back for good since it always turns out that I don’t really blog whenever I return to Malaysia. I’m back in Melbourne again. Despite everything I said about this place. I'm always thankful that I’m studying here. 8 hours is long enough, can’t imagine going further. Let alone going back during a short winter break like I just did. Haha… However, regardless how good Melbourne is, coming back here is never easy. It is not the place, it’s the transition. Travelling is tiring. Yes, like yesterday, I had to take two flights, one from Penang to KL, then KL to Melb, it is a lot more tiring for someone like me who could barely sleep in a plane. That’s why I enjoy traveling during the day and taking a window seat. I enjoy day dreaming while staring at those fluffy white clouds. Haha.. Weather change changes everything. I had never went back during winter before. So that was my first time experiencing an abrupt change from a

Creepy Me in my Poems

For the first time in my architecture-life, I'm bringing my poems into architecture. What's more interesting is, I use my poems in their original form, by this I mean, in Malay language. Now everybody in my class knows how Malay language sounds like. ahaha... The project is pretty much investigating the space between poems. The atmosphere of hearing two poems recited simultaneously. Sounds that make space, space that's defined by sound. Seriously, I don't really know how it'll work out... but hey, just having some experimentation with stuff a bit off-architecture... a break from my headache major project. Plus, I kinda enjoy making people listen to my poems without expecting them to understand a word... rather then, reciting to a bunch of people who understand but couldn't 'appreciate' them... and yeah, I receive some flattering comments from 'mat-salleh' course mate like... "when something is well written, even you can't understand it..